Wednesday, 29 January 2014

Mesin Gurdi (Drilling Machine)

     Proses gurdi (drilling) merupakan proses pemesinan yang sederhana. Penggurdian adalah operasi pemesinan yang digunakan untuk membuat lubang bulat pada bendakerja. Penggurdian pada umumnya menggunakan perkakas berbentuk silinder yang memiliki dua tepi  dengan mata potong pada ujungnya.  Pemakanan dilakukan dengan menekan gurdi yang berputar ke dalam bendakerja yang diam sehingga diperoleh lubang dengan diameter yang sesuai dengan diameter gurdi.
     Biasanya di bengkel-bengkel, proses gurdi dinamakan proses pengeboran, walaupun istilah ini sebenarnya kurang tepat. Proses gurdi dimaksudkan sebagai proses pembuatan lubang bulat dengan menggunakan mata bor (twist drill). Sedangkan proses bor (boring) adalah proses meluaskan/memperbesar lubang yang bisa dilakukan dengan batang bor (boring bar) yang tidak hanya dapat dilakukan menggunakan mesin gurdi, tetapi bisa juga dilakukan dengan mesin bubut, mesin frais, atau mesin bor (boring machine). 
Mata bor memiliki alur (flute) berbentuk spiral. Sudut alur spiral disebut sudut heliks (helix angle), yang besarnya sekitar 30o. Selama proses gurdi, alur berfungsi sebagai jalan keluar ekstraksi serpihan berupa beram (chips) dari lubang. Meski diperlukan alur yang lebar untuk memberikan kelonggaran maksimum keluarnya beram, tetapi badan gurdi tetap harus mampu menahan beban radial dan aksial yang besar. Oleh karena itu ketebalan antara kedua alur (web thicness) didesain dengan ketebalan tertentu sehingga mampu menahan beban selama proses gurdi.

     Pada ujung twist drill terdapat mata potong. Sudut mata potong (point angle) besarnya sekitar 118 derajat. Besarnya sudut mata potong disesuaikan dengan material yang dikerjakan. Ujung mata potong pada umumnya berbentuk tepi pahat (chisel edge). Tepi pahat ini menghubungkan dengan dua tepi potong (cutting edge) yang mengarah pada alur. Bagian dari setiap alur yang berdekatan dengan tepi potong berfungsi sebagai permukaan garuk (rake face).

Saturday, 18 January 2014

Lima Logam yang paling berharga

Lima Logam yang paling berharga
1. Rhodium
Rhodium adalah logam dunia yang paling berharga. Logam ini mengkilat dan berwarna keperakan. Rhodium paling banyak digunakan pada aplikasi katalitik di dalam industri otomotif. Titik leburnya yang tinggi dan kemampuannya untuk menahan korosi memungkinkan rhodium untuk menjadi tambahan yang penting dalam bidang industri. Rhodium adalah logam yang sangat langka dan berharga dan hanya ditemukan di beberapa tempat. Sebagian besar rhodium berasal dari Afrika Selatan, diikuti oleh Rusia. Karena langka, harganya mencapai $80,000 per kilogram pada 2010.
2. Platinum
Ditemukan di Afrika Selatan, Rusia, Kanada dan negara-negara lain, platina telah mempopulerkan namanya karena kelenturan, kepadatan dan sifat non-korosifnya. Selain itu, platina mirip dengan paladium pada kemampuannya untuk menahan hidrogen dalam jumlah besar. Logam berharga terkenal di dunia perhiasan karena kilau dan ketahanan yang luar biasa. Platinum juga digunakan dalam bidang-bidang lain seperti kedokteran gigi, persenjataan dan aeronautika. Saat ini, harganya mencapai $53,500 per kilogram.
3. Emas/Gold
Sejak dulu, emas telah memikat semua orang. Karena, daya tahan, keinginan dan kelenturan, emas tetap menjadi salah satu logam yang paling populer sebagai pilihan investasi hingga saat ini. Untuk tahun 2009, harga rata-rata untuk emas adalah $ 950 per ounce ($ 30,645 per kilogram), namun harga untuk tahun 2010 melompat lebih tinggi ($ 43,000 per kilogram). Penambang emas terbesar diantaranya Afrika Selatan, Amerika Serikat, Australia dan China.
4. Paladium
Paladium merupakan kelompok logam mulia. Paladium banyak dibutuhkan di industri : industri otomotif mengandalkannya pada catalytic converter untuk mengurangi emisi, perhiasan untuk membuat paduan"emas putih", dan produsen elektronik memiliki menngunakannya untuk pelapis karena konduktivitasnya yang sangat baik. Harga rata-rata kumulatif untuk 2009 adalah $ 263 per troy ounce ($ 8,483 per kilogram), namun saat ini melonjak ke angka $ 676 per troy ounce ($ 21,733 per kilogram). Hampir setengah dari paladium dunia berasal dari Rusia pada tahun 2009, diikuti oleh Afrika Selatan, Amerika Serikat, Kanada dan berbagai negara lain.
5. Rutenium
Rutenium ditemukan antara bijih logam kelompok platina di seluruh wilayah Rusia dan Amerika, termasuk daerah-daerah padat nikel dari Kanada. Rutenium dapat ditambahkan sebagai paduan untuk platinum dan paladium dalam rangka meningkatkan kekerasan (untuk perhiasan) dan resistensi yang lebih baik (terhadap agen korosif, terutama dengan titanium). Rutenium telah menjadi sangat populer dalam bidang elektronik, sebagai cara untuk secara efektif pelat kontak listrik. Harga rata-rata rutenium adalah $ 420 per troy ounce ($ 13,548 per kilogram).

Friday, 17 January 2014

Pengukuran Linier dengan Alat Ukur Mekanik Presisi 2


Jangka Sorong/Mistar Ingsut/Mistar Geser
Jangka sorong juga sering disebut jangka sorong, vernier caliper, jangka geser, mistar geser atau schuifmaat (baca; skitmat). Pada prinsipnya pengukuran dengan jangka sorong sama dengan pengukuran pada mistar, yaitu adanya skala linier pada batang ukur.
Pada jangka sorong dibuat dua buah rahang yaitu rahang tetap dan rahang geser yang difungsikan sebagai sensor untuk menjepit benda ukur dalam proses pengukuran. Sementara rahang tetap dibuat menjadi satu kesatuan dengan batang ukurnya. Jangka sorong juga dilengkapi dengan ekor yang dapat difungsikan sebagai alat ukur kedalaman. Dan untuk mendapatkan ketelitian yang lebih cermat dilengkapi dengan skala vernier.
 


http://vernier-caliper.com/images/products/800px-vernier_caliper.png
Gambar: Jangka sorong dan bagian-bagiannya
Keterangan gambar:
1.    Rahang untuk pengukuran luar (external jaws)
2.    Rahang untuk pengukuran dalam (internal jaws)
3.    Lidah atau ekor untuk pengukuran kedalaman (depth bar)
4.    Skala utama dalam milimeter
5.    Skala utama dalam inchi
6.    Skala vernier untuk satuan milimeter
7.    Skala vernier untuk satuan inchi
8.    Kunci pendorong
Jangka sorong biasanya menggunakan skala dalam metrik ata inchi. Namun beberapa jangka sorong menggunakan sistem inchi dan metrik sekaligus. Pada dua sisi batang ukurnya terdapat masing-masing skala dalam inchi dan metrik. Jadi dengan satu kali pengukuran akan didapatkan dua hasil pengukuran tanpa harus membuat konversi ukuran. Kekelitian alat ukur ini dapat sampai 0,001 inchi dan 0,02 milimeter.
Dalam perkembangannya beberapa jangka sorong dilengkapi dengan jam ukur yang dengan pengkombinasian yang sedemikian rupa sehingga mampu memberikan ketelitian hingga 0,01 milimeter. Selain itu juga telah banyak jangka sorong digital yang mampu mencapai ketelitian hingga 0,01 milimeter.
 

Jenis – Jenis Jangka Sorong
Berikut beberapa jenis jangka sorong yang banyak dipakai dalam pekerjaan pemesinan.
Jangka sorong nonius (vernier caliper)
Jangka sorong dengan skala nonius sering disebut vernier caliper adalah pengembangan dengan penambahan skala nonius untuk mendapatkan angka ketelitian yang tinggi. Jangka sorong dengan skala nonius ada dua jenis, yaitu jangka sorong yang hanya memiliki satu rahang dan jangka sorong dengan dua rahang. Jangka sorong dengan satu rahang biasanya hanya untuk pengukuran dimensi luar. Sementara jangka sorong dengan dua rahang memiliki kemampuan mengukur dimensi luar dan dalam serta kedalaman dari benda ukur.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menggunakan vernier caliper;
a)    Rahang ukur gerak harus dapat bergerak meluncur pada batang ukur dengan tanpa ada hambatan dan tidak bergoyang (kocak).
b)    Selalu periksa kedudukan nol serta kesejajaran permukaan antara kedua rahang sebelum melakukan pengukuran.
c)    Sedapat mungkin jangan mengukur benda ukur hanya dengan ujung rahang, usahakan pengukuran dengan agak dalam.
d)    Pada saat pengukuran penekanan jangan terlalu kuat. Tekanan yang terlalu kuat dapat membuat sensor alat ukur rusak. Kerusakan dapat berupa rahang ataupun ekor yang bengkok. Kecermatan pengukuran akan tergantung pada ketepatan penggunaan penekanan yang cukup. Kemampuan seperti ini dapat dicapai dengan latihan.
e)    Pada kondisi tertentu  pembacaan skala nonius dapat dilakukan setelah rahang gerak dikunci dan jangka sorong diangkat dari benda ukur dengan hati-hati. Untuk mendapatkan pengukuran yang tepat miringkan mistar ukur sehingga garis-garis pada skala nonius terlihat jelas. Hal ini akan memudakan dalam mengamati garis mana yang paling lurus sejajar antara skala nonius dengan skala utama.
f)    Sebagai alat ukur presisi jangka sorong harus dijaga dari bentuk hentakan yang keras dengan benda yang keras, misalnya jatuk ke lantai atau untuk memukul benda kerja.
 

Jangka Sorong Jam (Dial Caliper)
 

Jangka sorong jenis ini tidak memiliki skala nonius. Sebagai gantinya dipasang jam ukur sesuai dengan namanya jangka sorong jam ukur. Gerak lurus rahang geser dirubah menjadi gerak berputar dari jarum pada jam ukur dengan perantaraan roda gigi pada poros jam ukur dan batang bergigi yang terletak pada sepanjang tengah-tengah batang mistar.
Ketelitian jangka sorong jam sama seperti pada mistat ingsut nonius, ada yang ketelitiannya 0,1 mm, 0,05 mm dan 0,02 mm. Jangka sorong jam dengan ketelitian 0,1 mm, satu putaran jarum penunjuk dibagi dalam 100 devisi (bagian) skala yang sama besar, ini berarti sensor pada rahang gerak bergeser 100 X 0,1 = 10 mm. Setiap 10 bagian skala jam ukur diberi angka dengan satuan milimeter untuk memudahkan pembacaan.







Thursday, 16 January 2014

Pengukuran Linier dengan Alat Ukur Mekanik Presisi 1

Untuk mendapatkan ukuran yang akurat dibutuhkan alat ukur presisi dalam proses pengukurannya.Pengukuran geometris sebuah benda ukur dalam metrologi industri kebanyakan menyangkut pengukuran linier, yaitu untuk mengetahui ukuran panjang (jarak). Pengukuran dalam bidang pemesinan juga sebagian besar adalah pengukuran linier, misalnya; diameter poros, tebal gigi, panjang poros, lebar alur, besar sudut, dan kedalaman lobang.
Beberapa alat ukur mekanik presisi yang sering digunakan dalam industri pemesinan dan kehidupan sehari-hari adalah alat ukur linier langsung. Alat ukur linier langsung dapat langsung menampilkan hasil pengukuran dalam proses pengukuran. Beberapa alat ukur linier langsung digolongkan menjadi;
1.    Mistar Ukur / Penggaris
2.    Jangka sorong / jangka Sorong
3.    Mikrometer



Mistar Ukur 
Mistar ukur merupakan alat ukur linier yang paling sederhana dan paling banyak penggunaannya di manyarakat. Biasanya mistar ukur terbuat dari plat baja maupun kuningan. Namun beberapa penggaris juga terbuat dari plastik maupun kayu. Mistar ukur yang paling banyak beredar di pasaran saat ini terbuat dari plastik (biasanya digunakan untuk menggambar teknik). Mistar pada kedua sisinya diberi skala metrik dan inchi. Panjang skala ukurannya antara 150 mm sampa dengan 300 mm, yang pembagian skalanya dalam 1 mm atau 0,5 mm. Namun untuk beberapa tujuan penggunaan pengukuran yang panjang, dibuat juga mistar lipat dan mistar gulung yang panjangnya bisa mencapai puluhan meter.
Mistar ukur yang baik terbuat dari baja paduan nikel. Namun untuk beberapa kepentingan dibuat juga mistar dari plastik sintetis, fiberglas maupun katun. Mistar ukur dari plastik sintetis maupun katun memiliki keunggulan mudah dalam pengukuran benda yang memiliki bentuk rumit karena bahannya yang lentur. Namun sangat tidak dianjurkan untuk mengukur benda yang panas atau dalam lingkungan yang panas karena dapat berpengaruh pada ketusakan mistar.

Wednesday, 15 January 2014

Kesalahan dalam proses pengukuran

Proses pengukuran melibatkan tiga faktor yaitu; alat ukur, benda ukur, dan orang yang mengukur. Dari ketiga faktor tersebut tidak ada salah satu pun yang memiliki kesempurnaan. Sehingga hasil pengukuran tidak mungkin mencapai derajat kebenaran yang absolut, baik dalam ketepatan maupun ketelitiannya. Sebuah pengukuran hanya mendapatkan hasil yang dianggap paling mendekati kepada harga geometris benda ukur. Dan meskipun hasil pengukuran hanyalah harga yang dianggap benar, penyimpangan dalam pengukuran adalah suatu keniscayaan.
Ketelitian merupakan hal yang relatif sifatnya, kesamaan atau perbedaan antara harga hasil pengukuran dengan harga yang dianggap benar. Setiap pengukuran dengan kecermatan yang memadai, memiliki ketidaktelitian yaitu adanya kesalahan yang mungkin juga berbeda-beda. Kesalahan tersebut bisa disebabkan oleh alat ukur, benda ukur, metode pengukuran dan orang yang mengukur.
Sebuah pengukuran, yang dilakukan dengan tingkat kecermatan yang memadai, diulang untuk kedua kali, ketiga kali, keempat kali, sampai n kali pengukuran dengan metode yang identik, akan mendapatkan hasil yang berbeda-beda. Hasil yang berbeda-beda tersebut akan tersebar pada harga di sekitar harga reratanya. Misalnya sejumlah orang masing masing melalakukan sejumla n kali pengukuran dengan metode yang identik. Maka hasil yang didapat akan berbeda beda yang tersebar di sekitar harga rata-rata totalnya. Hal tersebut merupakan sifat umum dari proses pengukuran yang berhubungan dengan ketepatan atau keterulangan (precision).
Kesalahan dalam pengukuran akan selalu ada, dan tidak mungkin dihilangkan. Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran hanya dapat diminimalisir agar dapat terkontrol.kesalahan pengukuran bisa terjadi karena kondisi alat ukur yang digunakan, cara pengukuran, dan juga kurangnya kecakapan si pengukur. Agar kesalahan pengukuran terkontrol maka hal-hal tersebut harus selalu diperhatikan.
Untuk memperkecil kesalahan yang mungkin terjadi pada proses pengukuran, berbagai hal yang dapat menjadi sumber timbulnya ketidaktelitian hasil pengukuran harus diperhatikan. Kesalahan hasil pengukuran dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain;
1. Alat Ukur
2. Benda Ukur
3. Posisi Pengukuran
4. Lingkungan, dan 
5. Orang yang mengukur

Pengolahan Logam (Metal Working) dan Pembentukan Logam (Metal Manufacturing)

Pengolahan logam (metal working) merupakan seni mengolah logam unuk membuat perkakas atau suku cadang mesin. Istilah metal working mencakup semua pekerjaan logam yang luas, mulai dari pembuatan kapal-kapal besar dengan koponen baja yang besar dan keras, pembuatan kilang minyak lepas pantai atau pengeboran sampai pembuatan instrumen mesin yang presisi dan pembuatan perhiasan yang kecil dan halus. Maka dalam bidang metal working mencakup banyak keahlian, keterampilan dan penggunaan berbagai macam peralatan.
Sejarah Pengolahan Logam
Proses pengolahan logam telah dimulai sejak sekitar 6000 tahun Sebelum Masehi. Logam awal ditemukan adalah Emas (6000 SM) dan tembaga (4200 SM). Tujuh logam purbakala adalah: Emas (6000 SM), Tembaga (4200 SM), Perak (4000 SM), Timbal (3500 SM), Timah (1750 SM), Peleburan Besi (1500 SM) dan Air Raksa (750 SM). Antara tahun 5000 SM lembaran tembaga dibuat dengan cara dipukul. Artefak tembaga lebur dari tahun 3600 SM ditemukan di lembah sungai Nil.
Sepanjang sejarahnya, metal working mencakup perdagangan, seni, hobi, dan industri yang berkaitan dengan metalurgi. Sebuah seni dan karya yang diperdagangkan dan sebagai industri yang sudah mengakar sejak zaman dahulu. Menyebar luas ke seluruh kebudayaan peradaban. Menilik dari periode sejarah Firaun di Mesir, raja Vedic di India, sampai peradaban Maya di Amerika Utara yang merupakan populasi yang tertua, logam mulia memiliki nilai penting dan terkadang menjadi awal mula terbentuknya hukum kepemilikan, distribusi, dan perdagangan yang dipegang teguh dan disetujui oleh masyarakat pada saat itu. 
Seiring berjalannya waktu, logam menjadi hal yang biasa dan menjadi lebih kompleks. Pengolahan logam sangat tergantung pada ekstraksi dari logam yang kemudian diaplikasikan untuk membuat perhiasan, membuat mesin elektronik yang lebih efisien, dan untuk kebutuhan industri dan aplikasi teknologi mulai dari konstruksi sampai kontainer, rel dan alat transportasi udara. Tanpa logam, barang-barang dan jasa akan berhenti bergerak di seluruh dunia.
Metal Manufacturing
Proses pembentukan logam atau lebih sering disebut dengan metal manufacturing pun berkembang pesat. Tujuan utama pembentukan logam adalah untuk membuat komponen dari material logam yang memenuhi persyaratan bentuk dan ukuran, serta struktur yang mampu melayani kondisi alat atau mesin tertentu. Ada beberapa metoda pembentukan geometri (bentuk dan ukuran) dari logam yang dikelompokan menjadi beberapa kelompok dasar proses pembuatan (manufacturing proces) yaitu: proses pengecoran (casting), proses pemesinan (machining), proses pembentukan logam (metal forming), proses pengelasan (welding), perlakuan panas (heat treatment), dan proses perlakuan untuk mengubah sifat karakteristik logam pada bagian permukaan logam (surface treatment).
1. Proses pengecoran (casting)
Casting merupakan suatu teknik pembuatan perkakas/produk dimana logam dicairkan dengan pemanasan dalam tungku peleburan kemudian dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari perkakas/produk cor yang akan dibuat.
2. Proses pemesinan (machining)
Proses pemotongan logam atau yang lebih dikenal sebagai proses pemesinan adalah proses pembuatan dengan cara membuang beberapa bagian material yang tidak diinginkan pada benda kerja sehingga diperoleh geometri produk dengan bentuk, ukuran, dan permukaan sesuai dengan yang diinginkan.
3.Proses pembentukan logam (metal forming)
Proses metal forming adalah melakukan perubahan bentuk pada benda kerja dengan cara memberikan gaya luar sehingga terjadi deformasi pada logam. Untuk memudahkan pembentukan biasanya metal forming dilakukan dengan memanaskan logam.
4.Proses pengelasan (welding)
Proses penyambungan antara dua bagian logam dengan jalan pencairan sebagian dari daerah yang akan disambung. Adanya pencairan dan pembekuan didaerah tersebut akan menyebabkan terjadinya ikatan antara dua logam. 
5. Proses perlakuan panas (heat treatment)
Perlakuan panas adalah proses untuk meningkatkan kekuatan material dengan cara memberikan panas. Dengan memanaskan logam maka akan diperoleh struktur dengan ikatan yang lebih kuat. Perlakuan panas pada logam biasanya melibatkan berbagai jenis pendingin yang disesuaikan dengan tujuan perlakuan panas yang dilakukan.
6. Perlakuan pada permukaan logam (Surface treatment)
Proses surface treatment adalah proses perlakuan yang diterapkan untuk mengubah sifat karakteristik logam pada bagian permukaan logam dengan cara proses thermokimia ataupun metal spraying. Surface threatment pada umumnya bertujuan untuk melindungi logam dari korosi akibat kondisi lingkungan.

Friday, 10 January 2014

Sejarah Pengukuran Linier

Semenjak ilmu pengetahuan manusia mulai berkembang, maka pengukuran menjadi hal yang sangat penting dan mendasar. Bahkan mungkin saja pengukuran merupakan ilmu tertua di dunia, hal ini didasarkan bahwa pengetahuan tentang pengukuran menjadi syarat mutlak dalam semua profesi yang berbasis ilmu pengetahuan.
Sejarah mencatat, berbagai bangunan monumental menakjubkan sepanjang sejarah peradaban manusia dihasilkan dengan pengukuran yang sangat teliti. Piramid di Mesir misalnya, bangunan yang sangat masyhur itu beralas kubus dengan jarak nominal 230 meter dengan ketepatan ± 14 mm (sedikit lebih kecil dari kecermatan alat ukur yang dipakai). Bahkan ketepatan kesikuan bangunan  ± 12 detik.
Berikut sekilas sejarah pengukuran yang menggambarkan perjalanan satuan ukuran. Peninggalan berupa bangunan dan tata kota yang terencana menunjukkan pengetahuan di bidang pengukuran telah berkembang dan terstandar.
Mesir
http://www.matthewsim.com/weblog/images/DCP_0709.JPG
Sekitar 3000 tahun sebelum Masehi, Fir’aun sebagai penguasa Mesir, berkehendak membuat piramid-piramid untuk menunjukkan kebesaran kekuasaannya. Untuk menyukseskan pembangunan piramid-piramid tersebut Fir’aun membuat ukuran yang akan dijadikan sebagai standar panjang semua komponen pembentuk piramid. Ukuran tersebut adalah satuan yang disebut dengan ‘cubit’ atau ‘hasta’ dan dijadikan standar resmi kerajaan. Satu hasta sama dengan panjang lengan Fir’aun dari siku sampai ujung jari tengahnya. Satuan panjang ini kemudian direkam dengan cara ditatah pada batu granit hitam, yang kemudian diperbanyak dengan granit dan kayu yang dibagikan kepada para pekerja. Sebagai ukuran panjang standar kerajaan maka semua orang bisa membuat batang ukuran sesuai dengan standar kerajaan.
Untuk mengukur panjang yang lebih kecil diperlukan subdivisi dari ukuran hasta kerajaan. Meskipun kita mungkin berpikir ada logika tak terhindarkan dalam membagi secara sistematis, ini mengabaikan cara mengukur tumbuh dengan orang mengukur panjang pendek menggunakan bagian lain dari tubuh manusia. Digit adalah unit dasar terkecil, yang luasnya jari. Ada 28 digit dalam satu hasta, 4 digit sama dengan 1 palm, 3 palm (12 digit) sama dengan 1 span kecil, 14 digit (atau satu hasta setengah) sama dengan 1 span besar, 24 digit sama dengan satu hasta kecil, 28 digit sama dengan 1 hasta dan beberapa pengukuran serupa lainnya. Apabila salah satu menginginkan ukuran lebih kecil dari digit, maka untuk ini Mesir menggunakan langkah-langkah terdiri dari pecahan satuan.
Hal ini tidak mengherankan bahwa matematika paling awal yang turun kepada kita, menitikberatkan pada masalah tentang berat dan ukuran. Papirus Mesir, misalnya, berisi metode untuk memecahkan persamaan yang timbul dari masalah tentang berat dan ukuran.
Babilonia
Peradaban selanjutnya yang memiliki standar berat dan sistem ukuran, dan memiliki pengaruh luas adalah Babilonia sekitar 1700 SM. Unit panjang dasar mereka, seperti Mesir, yaitu hasta. Ukuran hasta bangsa Babilon (530 mm), satuan ukuran ini sedikit lebih panjang daripada ukuran hasta Mesir (524 mm). Ukuran hasta bangsa Babilonia disebut Kus. Kus kemudian dibagi menjadi 30 bagian yang disebut shusi (1 kus = 30 shusi). Selain ukuran hasta bangsa Babilon juga memiliki satuan panjang kaki (foot) yang besarnya 2/3 satuan hasta.
  Harappa
Peradaban Harappa (Harappan Civilisation) berkembang di Punjab (dikenal juga dengan Peradaban Lembah Indus) antara 2500 SM sampai 1700 SM. Masyarakat Lembah Indus tampaknya telah mengadopsi sistem yang seragam untuk ukuran berat dan ukuran panjang. Analisa bobot yang ditemukan pada penggalian situs bangsa Harappa menunjukkan bahwa mereka memiliki dua seri yang berbeda, dengan masing-masing angka desimal dikalikan dan dibagi dua. Seri utama memiliki rasio 0.05, 0.1, 0.2, 0.5, 1, 2, 5, 10, 20, 50, 100 200, dan 500. Beberapa skala untuk pengukuran panjang juga ditemukan selama penggalian. Salah satunya adalah skala unit pengukuran dengan panjang 1,32 inci (3,35 cm) yang disebut sebagai "Indus Inch". Skala ukuran panjang lain yang ditemukan adalah sebatang perunggu yang memiliki tanda di panjang 0,367 inci. Hal ini tentu mengejutkan keakuratan dengan yang skala ini ditandai. Sekarang 100 unit ukuran ini adalah 36,7 inci (93 cm) yang merupakan ukuran panjang sebuah langkah. Pengukuran reruntuhan bangunan yang telah digali menunjukkan bahwa satuan panjang yang akurat telah digunakan oleh Harappans dalam konstruksi mereka. 
Eropa
Sistem pengukuran di Eropa awalnya didasarkan pada ukuran Romawi, yang pada pada mulanya didasarkan kepada sistem ukuran bangsa Yunani. Orang Yunani menggunakan ukuran dasar adalah panjang lebar jari (sekitar 19,3 mm atau 0,76 inchi), dengan 16 jari sama dengan satu kaki, dan 24 jari sama dengan satu hasta Yunani. Satuan panjang Yunani kemungkinan besar berasal dari satuan Mesir dan Babilonia. Perdagangan adalah alasan utama karena pada saat itu pusat perdagangan di Mediterania jatuh ke tangan Yunani. Dan pada sekitar 400 SM Athena merupakan pusat perdagangan dari wilayah yang luas. Kebanyakan perselisihan akan timbul berkaitan dengan bobot dan ukuran barang yang diperdagangkan, dan ada satu set standar tindakan disimpan agar sengketa seperti itu sedapat mungkin diselesaikan secara adil. Ukuran wadah untuk mengukur kacang, kurma, kacang, dan barang-barang seperti lainnya, telah ditetapkan oleh hukum dan jika ditemukan sebuah wadah yang tidak sesuai dengan standar, isinya disita dan wadah akan dihancurkan.
Bangsa Romawi mengadaptasi sistem Yunani. Mereka memiliki ukuran dasar kaki yang terbagi menjadi 12 inci. Bangsa Romawi tidak menggunakan hasta, tetapi, mungkin karena sebagian besar pengukuran basis ukuran mereka berasal dari gerakan, mereka memiliki lima kaki (feet) sama dengan satu langkah (pace). Kemudian 1.000 langkah sama dengan 1 mil Romawi yang cukup dekat dengan satu mil Inggris yang digunakan saat ini. Sistem Romawi kemudian banyak diadopsi dengan variasi lokal, ke seluruh Eropa sebagai penyebaran Kekaisaran Romawi.
Pada awal abad ke-13, kerajaan Inggris mengeluarkan peraturan mengenai satuan berat dan dan satuan panjang. Dalam peraturan tersebut diberikan definisi yang jelas tentang ukuran yang resmi digunakan di wilayah Britania Raya. Peraturan tersebut kemudian dikenal dengan The Magna Charta (1215). Selanjutnya pada masa pemerintahan King Edward I dikenal satuan inchi yang panjangnya sama dengan tiga buah biji jagung yang disusun berjajar.
Meter: Standar Panjang Internasional
Sementara itu di Perancis memiliki lebih dari 250.000 satuan yang berbeda. Diderot dan d'Alembert dalam Encyclopédie mereka sangat menyesali keragaman ukuran tersebut, tetapi tidak melihat solusi yang dapat diterima untuk masalah tersebut. Beberapa ilmuwan Perancis telah mengusulkan sistem ukuran yang seragam setidaknya 100 tahun sebelum Revolusi Perancis. Gabriel Mouton, pada tahun 1670, menyarankan bahwa dunia harus mengadopsi skala pengukuran seragam berdasarkan mille, yang didefinisikan sebagai ukuran panjang satu menit dari busur bumi. Ia mengusulkan bahwa subdivisi desimal harus digunakan untuk menentukan satuan panjang yang lebih pendek. Lalande, seorang astronom perancis, pada bulan April 1789, mengusulkan agar satuan ukuran yang digunakan di Paris harus menjadi yang satuan nasional. Proposal ini telah diajukan kepada Majelis Nasional pada Februari 1790, namun pada bulan Maret saran yang berbeda dibuat. Talleyrand mengajukan kepada Majelis Nasional proposal yang disebut dengan Condorcet, yaitu bahwa suatu sistem pengukuran baru yang diadopsi berdasarkan panjang dari alam. Sistem harus memiliki subdivisi desimal, semua ukuran luas, volume, berat dan lainnya harus dihubungkan ke unit dasar panjang tersebut.
Proposal ini tidak hanya dirancang untuk sistem pengukuran Prancis tetapi untuk merancang sistem pengukuran internasional. Untuk maksud itu maka kesepakatan juga melibatkan dari negara-negara lain. Mulai saat itulah dikenal istilah meter (berasal dari bahasa Yunani ‘metron” yang berarti dimensi), yaitu;
“satu meter adalah sepersepuluh juta dari seperempat keliling bumi, diukur dari kutub utara sampai khatulistiwa yang melalui kota Paris dari Dankirk (pantai utara Perancis) sampai Barcelona (Spanyol)”
Maka pada tahun 1792-1798 dilakukan pengukuran. Dan pada tahun 1799 hasil pengukuran tersebut diwujudkan dengan batang platinum berpenampang segi empat. Karena ukuran meter adalah jarak antara kedua ujung batang tersebut maka dinamakan dengan End-Standard.

Pada tahun 1875 sebuah perusahaan di London (Jhonshon & Matthey) berhasil membuat 30 batang platinum-iridium dengan komposisi yang teliti. Batang tersebut berpenampang X (ukuran 20 x 20 mm, berat 3,3 kg), jika diukur antara garis di kedua ujungnya pada suhu 0°C panjangnya adalah satu meter. Karena menggambarkan jarak antara dua buah garis maka acuan panjang ini disebut juga dengan Line-Standard
Pada tahun 1889 International Committee on Weights and Measures, sebuah badan international untuk pengukuran panjang dan berat, menetapkan line-standard sebagai satu-satunya standar panjang yang sah. Meskipun demikian beberapa pihak merasa berkeberatan dengan berbagai alasan. Salah satu alasan yang memberatkan adalah bagaimana jika suatu saat standar meter ini rusak atau hilang?

Albert Abraham Michelson, seorang ahli fisika Amerika kelahiran Jerman, berhasil mengukur panjang gelombang cahaya. Dengan interferometer ciptaannya Albert Michelson mampu mengukur panjang gelombang spektrum merah yang dipancarkan lampu Cadmium. Maka pada tahun 1906 beberapa ahli dari Perancis (Benoit, Farby & Perrot) berhasil menyempurnakan prosedur pengukuran panjang gelombang cahaya tersebut. Dan pada sidang ke-7 tahun 1927, CGPM (Conference Generale des Poits et Measures) menetapkan definisi meter sebagai:
satu meter adalah ukuran yang sama dengan 1.552.164,13 kali panjang gelombang spektrum merah dari sumber cahaya lampu berisi gas inert Cadmium yang diukur di atmosfer
Kemudian pada sidang ke-11 CGPM tahun 1960 disempurnakan dengan:
satu meter didefinisikan sebanding dengan 1.650.763,73 panjang gelombang yang dipancarkan atom Kripton-86”
Dan pada tahun 1983 didefinisikan ulang dalam laju cahaya. Definisi baru ini menyatakan bahwa:
satu meter adalah panjang lintasan yang dilalui cahaya (laser helium-neon yang distabilkan dengan iodine) dalam hampa selama interval waktu 1/299.792.458 detik
Definisi yang terakhir ini dapat berlaku universal karena kecepatan laju cahaya dalam ruang hampa di manapun sama. Kecepatan cahaya juga tidak akan berubah karena pengaruh korosi sebagaimana batang meter yang pernah dibuat.