Proses pengukuran melibatkan tiga faktor yaitu; alat ukur, benda ukur, dan orang yang mengukur. Dari ketiga faktor tersebut tidak ada salah satu pun yang memiliki kesempurnaan. Sehingga hasil pengukuran tidak mungkin mencapai derajat kebenaran yang absolut, baik dalam ketepatan maupun ketelitiannya. Sebuah pengukuran hanya mendapatkan hasil yang dianggap paling mendekati kepada harga geometris benda ukur. Dan meskipun hasil pengukuran hanyalah harga yang dianggap benar, penyimpangan dalam pengukuran adalah suatu keniscayaan.
Ketelitian merupakan hal yang relatif sifatnya, kesamaan atau perbedaan antara harga hasil pengukuran dengan harga yang dianggap benar. Setiap pengukuran dengan kecermatan yang memadai, memiliki ketidaktelitian yaitu adanya kesalahan yang mungkin juga berbeda-beda. Kesalahan tersebut bisa disebabkan oleh alat ukur, benda ukur, metode pengukuran dan orang yang mengukur.
Sebuah pengukuran, yang dilakukan dengan tingkat kecermatan yang memadai, diulang untuk kedua kali, ketiga kali, keempat kali, sampai n kali pengukuran dengan metode yang identik, akan mendapatkan hasil yang berbeda-beda. Hasil yang berbeda-beda tersebut akan tersebar pada harga di sekitar harga reratanya. Misalnya sejumlah orang masing masing melalakukan sejumla n kali pengukuran dengan metode yang identik. Maka hasil yang didapat akan berbeda beda yang tersebar di sekitar harga rata-rata totalnya. Hal tersebut merupakan sifat umum dari proses pengukuran yang berhubungan dengan ketepatan atau keterulangan (precision).
Kesalahan dalam pengukuran akan selalu ada, dan tidak mungkin dihilangkan. Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran hanya dapat diminimalisir agar dapat terkontrol.kesalahan pengukuran bisa terjadi karena kondisi alat ukur yang digunakan, cara pengukuran, dan juga kurangnya kecakapan si pengukur. Agar kesalahan pengukuran terkontrol maka hal-hal tersebut harus selalu diperhatikan.
Untuk memperkecil kesalahan yang mungkin terjadi pada proses pengukuran, berbagai hal yang dapat menjadi sumber timbulnya ketidaktelitian hasil pengukuran harus diperhatikan. Kesalahan hasil pengukuran dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain;
1. Alat Ukur,
2. Benda Ukur,
3. Posisi Pengukuran,
4. Lingkungan, dan
5. Orang yang mengukur
Kesalahan yang berasal dari alat ukurAlat ukur yang sering digunakan akan berdampak pada histerisis, kestabilan nol, kepasifan, dan pergeseran. Sehingga alat ukur tidak mampu memberikan ketelitian pada saat digunakan untuk mengukur. Jika sifat sifat alat ukur tersebut telah melampoi standar yang ditentukan tentu akan menimbulkan kerugian. Sehingga untuk mengecek alat ukur perlu dicari kesalahan rambangnya, yaitu dengan melakukan pengukuran yang identik sebanyak n kali pengukuran.
Kesalahan yang berasal dari benda ukurBenda ukur yang memiliki sifat elastis akan mengalami deformasi apabila ada beban yang bereaksi terhadapnya. Beban tersebut bisa berupa berat benda itu sendiri ataupun kontak sensor alat ukur pada saat pengukuran atau karena berat benda ukur sendiri pada posisi peletakannya. Untuk melakukan pengukuran terhadap benda ukur maka sensor mekanis akan memberikan tekanan pada permukaan benda ukur. Beberapa sensor mekanis terbuat dari bahan yang sangat keras, misalnya sensor mikrometer, dapat menyebabkan perubahan permukaan benda ukur yang memiliki sifat lunak. Pengukuran benda ukur yang berongga dengan dinding yang tipis, misalnya pipa, juga dapat menyebabkan lenturan yang berpengaruh pada hasil pengukuran.
Posisi peletakan benda ukur juga dapat mempengaruhi ketidak telitian hasil pengukuran, misalnya sebatang plat yang diletakkan pada tumpuan. Jika tidak diperhatikan jarak peletakan tumpuan maka akan terjadi lenturan yang diakibatkan oleh beratnya sendiri. Pada saat dilakukan pengukuran lenturan tersebut akan menimbulkan ketidaktelitian hasil pengukuran.
Kesalahan yang berasal dari posisi pengukuranPada saat proses pengukuran maka garis pengukuran harus benar-benar sejajar terhadap benda ukur. Bila pengukuran ketinggian dari sebuah benda juga harus benar-benar tegak lurus terhadap landasannya. Apabila garis pengukuran tidak sejajar maka akan terbentuk sudut Ө antara garis dimensi benda ukur dengan alat ukur. Ketidak-sejajaran dan ketidak-tegaklurus-an tersebut akan menyebabkan kesalahan yang biasa disebut kesalahan sinus (sine error) dan kesalahan kosinus (cosine error).
Kesalahan yang berasal dari lingkunganLingkungan tempat sebagai tempat untuk melakukan proses pengukuran harus mendukung. Lingkungan harus dapat memberikan rasa nyaman bagi orang yang melakukan pengukuran (operator). Kebersihan lingkungan, temperatur, kelembaban udara juga dapat mempengaruhi hasil pengukuran.
Kesalahan yang berasal dari operator/orang yang mengukurOperator atau orang yang mengukur memegang peranan yang sangat penting pada proses pengukuran. Seorang dengan kemampuan dan pengetahuan tentang pengukuran akan melakukan proses pengukuran dengan hati-hati. Ia akan memilih alat ukur yang sesuai, melakukan pengukuran dengan prosedur yang benar. Namun sebaliknya, jika operator adalah orang yang tidak mengetahui arti penting pengukuran atau bahkan tidak memiliki pengetahuan tentang pengukuran dan alat ukur, dapat dipastikan hasil pengukuran akan jauh dari mendekati harga yang sebenarnya.
Ketelitian merupakan hal yang relatif sifatnya, kesamaan atau perbedaan antara harga hasil pengukuran dengan harga yang dianggap benar. Setiap pengukuran dengan kecermatan yang memadai, memiliki ketidaktelitian yaitu adanya kesalahan yang mungkin juga berbeda-beda. Kesalahan tersebut bisa disebabkan oleh alat ukur, benda ukur, metode pengukuran dan orang yang mengukur.
Sebuah pengukuran, yang dilakukan dengan tingkat kecermatan yang memadai, diulang untuk kedua kali, ketiga kali, keempat kali, sampai n kali pengukuran dengan metode yang identik, akan mendapatkan hasil yang berbeda-beda. Hasil yang berbeda-beda tersebut akan tersebar pada harga di sekitar harga reratanya. Misalnya sejumlah orang masing masing melalakukan sejumla n kali pengukuran dengan metode yang identik. Maka hasil yang didapat akan berbeda beda yang tersebar di sekitar harga rata-rata totalnya. Hal tersebut merupakan sifat umum dari proses pengukuran yang berhubungan dengan ketepatan atau keterulangan (precision).
Kesalahan dalam pengukuran akan selalu ada, dan tidak mungkin dihilangkan. Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran hanya dapat diminimalisir agar dapat terkontrol.kesalahan pengukuran bisa terjadi karena kondisi alat ukur yang digunakan, cara pengukuran, dan juga kurangnya kecakapan si pengukur. Agar kesalahan pengukuran terkontrol maka hal-hal tersebut harus selalu diperhatikan.
Untuk memperkecil kesalahan yang mungkin terjadi pada proses pengukuran, berbagai hal yang dapat menjadi sumber timbulnya ketidaktelitian hasil pengukuran harus diperhatikan. Kesalahan hasil pengukuran dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain;
1. Alat Ukur,
2. Benda Ukur,
3. Posisi Pengukuran,
4. Lingkungan, dan
5. Orang yang mengukur
Kesalahan yang berasal dari alat ukurAlat ukur yang sering digunakan akan berdampak pada histerisis, kestabilan nol, kepasifan, dan pergeseran. Sehingga alat ukur tidak mampu memberikan ketelitian pada saat digunakan untuk mengukur. Jika sifat sifat alat ukur tersebut telah melampoi standar yang ditentukan tentu akan menimbulkan kerugian. Sehingga untuk mengecek alat ukur perlu dicari kesalahan rambangnya, yaitu dengan melakukan pengukuran yang identik sebanyak n kali pengukuran.
Kesalahan yang berasal dari benda ukurBenda ukur yang memiliki sifat elastis akan mengalami deformasi apabila ada beban yang bereaksi terhadapnya. Beban tersebut bisa berupa berat benda itu sendiri ataupun kontak sensor alat ukur pada saat pengukuran atau karena berat benda ukur sendiri pada posisi peletakannya. Untuk melakukan pengukuran terhadap benda ukur maka sensor mekanis akan memberikan tekanan pada permukaan benda ukur. Beberapa sensor mekanis terbuat dari bahan yang sangat keras, misalnya sensor mikrometer, dapat menyebabkan perubahan permukaan benda ukur yang memiliki sifat lunak. Pengukuran benda ukur yang berongga dengan dinding yang tipis, misalnya pipa, juga dapat menyebabkan lenturan yang berpengaruh pada hasil pengukuran.
Posisi peletakan benda ukur juga dapat mempengaruhi ketidak telitian hasil pengukuran, misalnya sebatang plat yang diletakkan pada tumpuan. Jika tidak diperhatikan jarak peletakan tumpuan maka akan terjadi lenturan yang diakibatkan oleh beratnya sendiri. Pada saat dilakukan pengukuran lenturan tersebut akan menimbulkan ketidaktelitian hasil pengukuran.
Kesalahan yang berasal dari posisi pengukuranPada saat proses pengukuran maka garis pengukuran harus benar-benar sejajar terhadap benda ukur. Bila pengukuran ketinggian dari sebuah benda juga harus benar-benar tegak lurus terhadap landasannya. Apabila garis pengukuran tidak sejajar maka akan terbentuk sudut Ө antara garis dimensi benda ukur dengan alat ukur. Ketidak-sejajaran dan ketidak-tegaklurus-an tersebut akan menyebabkan kesalahan yang biasa disebut kesalahan sinus (sine error) dan kesalahan kosinus (cosine error).
Kesalahan yang berasal dari lingkunganLingkungan tempat sebagai tempat untuk melakukan proses pengukuran harus mendukung. Lingkungan harus dapat memberikan rasa nyaman bagi orang yang melakukan pengukuran (operator). Kebersihan lingkungan, temperatur, kelembaban udara juga dapat mempengaruhi hasil pengukuran.
Kesalahan yang berasal dari operator/orang yang mengukurOperator atau orang yang mengukur memegang peranan yang sangat penting pada proses pengukuran. Seorang dengan kemampuan dan pengetahuan tentang pengukuran akan melakukan proses pengukuran dengan hati-hati. Ia akan memilih alat ukur yang sesuai, melakukan pengukuran dengan prosedur yang benar. Namun sebaliknya, jika operator adalah orang yang tidak mengetahui arti penting pengukuran atau bahkan tidak memiliki pengetahuan tentang pengukuran dan alat ukur, dapat dipastikan hasil pengukuran akan jauh dari mendekati harga yang sebenarnya.
No comments:
Post a Comment